Dalam interaksi kepada sesama manusia pasti kita akan selalu
mendapati kesalahan orang lain, baik secara langsung atau tidak. Kesalahan
tersebut kadang membuat kita semakin membenci atau menghakimi seseorang secara
sepihak. Lebih parah lagi, terkadang kita malah semakin dalam untuk mencari
kesalahan pada orang tersebut lebih dalam.
Padahal, dalam ajaran Islam diajarkan untuk menutupi kesalahan sesama saudaranya yang beriman. Sebagaimana Rasululloh shallallohu ‘alahi wa sallam bersabda,
وَمَنْ سَتَرَ
مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فيِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ
الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ …
“Siapa
yang menutup aib seorang muslim niscaya Allah akan menutup aibnya di dunia dan
kelak di akhirat. Dan Allah senantiasa menolong hamba (Allah) selama hamba
(Allah) itu menolong saudaranya….” (HR. Muslim no. 2699).
Akhlaq Yang Lebih Tinggi
Pada tingkat keindahan akhlaq seorang muslim yang lebih baik dari
menutupi aib saudaranya adalah memberikan udzur kepada saudaranya. Udzur di
sini dapat diartikan keringanan atau toleransi yang kita berikan ketika kita
melihat kelemahan yang muncul pada sesama orang beriman. Sebuah perkataan indah
dari seorang Ulama tentang
indahan akhlaq ini,
الْمُؤْمِنُ
يَطْلُبُ ْمَعَاذِيْرَ إِخْوَانِهِ وَالْمُنَافِقُ يَطْلُبُ الْعَثَرَاتِ
“Seorang mukmin (sejati) mencari udzur bagi saudara-saudaranya,
sedangkan orang munafik mencari-cari kesalahan saudara-saudaranya”.
Bahkan, Abu Qilabah 'Abdullah bin Zaid al-Jarmi rahimahulloh
menggambarkan,
إِذّا
بَلَغَكَ عَنْ أَخِيْكَ شَيْءٌ تَكْرَهُهُ فَالْتَمِسْ لَهُ الْعُذْرَ جهْدَكَ،
فَإِنْ لَمْ تَجِدْ لَهُ عُذْرًا فَقُلْ فِيْ نَفْسِكَ: لَعَلَّ لأَخِيْ عُذْرًا
لاَ أَعْلَمُهُ
“Jika sampai kepadamu kabar tentang saudaramu yang kau tidak
sukai, maka berusahalah mencari udzur bagi saudaramu itu semampumu, jika engkau
tidak mampu mendapatkan udzur bagi saudaramu, maka katakanlah dalam dirimu,
'Mungkin saudaraku punya udzur yang tidak kuketahui'.” (Al-Hilyah,II/285).
Jangan Berlaku Sebaliknya!
Sikap menunda udzur dan mendahulukan prasangka jelas
terlarang dalam Islam. Hal ini termasuk akhlaq yang tidak terpuji, sebagaimana
Allah ‘azza wa jalla firmankan dalam Al Quran,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ
الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka,
karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah
kamu mencari-cari kesalahan orang lain” (QS. Al-Hujurat:12) .
Tiadalah prasangka dan mencari kesalahan kecuali akan mendatangkan
permusuhan di kalangan orang beriman dan inilah bentuk tipu-daya syaithan...
إِنَّمَا يُرِيْدُ
الشِّيْطَانُ أَنْ يُوْقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ...
“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian...” (QS. AlMaidah:91)
Kita berlindung kepada Allah dari bentuk tipu daya syaithan dalam
memecah belah kaum Muslimin. Semoga Allah selalu menjadikan kita hamba-Nya yang
bersaudara dan saling mencintai terhadap sesama. Wallahu musta’aan
Baarakallohu fiikum. Wallahu subhaanahu wa ta’alaa a’lam.
Ditulis di SD Islam Sunan Kalijaga Program Khusus Surakarta
0 komentar:
Posting Komentar