Senin, 30 Mei 2016

Sosialisme Atau Liberalisme?


Sosialisme dan Liberalisme merupakan dua kutub pemikiran yang bertentangan tentang kepemilikan modal dan hak manusia. Pemikiran tersebut lahir karena konsep dasar manusia dalam pengelolaan ekonomi global, yang kemudian merembet ke arah sosial-politis dan kebudayaan.

Hal ini dapat terlihat dari fakta sejarah yang ada, bahwa "Karl Mark" sang Founding-father sosialisme adalah seorang yang aktif melakukan otokritik pada sistem kapital karena dia sendiri secara langsung atau tidak dia adalan korban Kapitalisme. 

Kemiskinan dan kejatuhan kehidupan Mark bisa menjadi alasan kuat mengapa dia membenci Liberalisme-kapital. Kondisi yang dialami Karl-Mark ini merupakan contoh liberalisasi dalam kapitalisme yang biasanya dimiliki oleh orang-orang kuat (penguasa) menyebabkan arus oposisi yang luar biasa dari bawah, sehingga mendasari kelahiran rival pemikiran kapitalis yang kemudian dikenal dengan sosialisme.

Dua pemikiran yang berseberangan ini  ketika kita teliti sebenarnya tidak bergerak dari orientasi dalam hal materialistik. Dalam Liberalisme kapital, kebebasan hak seorang dalam kepemilikan dan modal harus dilindungi dan diakui, sehingga dia bisa mengembangkan keinginan kapitalnya ke arah tanpa batas.

Walaupun, kebabasan mengembangkan hak-hak tersebut akhirnya mengikis hak individu lainnya. Sehingga, bisa dikatakan Liberalisme-kapitalislah yang memupuk kerakusan manusia untuk mengeruk materi lebih banyak walaupun menghalalkan segala cara diantaranya dengan memeras hak sesama.

Dalam pemikiran yang sebaliknya, Sosialisme mengajarkan manusia untuk menjadi liar dan tidak mengenal stratifikasi dan diferensiasi kemanusiaan dalam kehidupan sosial. Semua yang menjadikan perbedaan dalam kehidupan sosial manusia harus dikikis dan dihilangkan dari kehidupan. Sehingga, setiap klasifikasi, termasuk agama adalah hal yang harus diberantas karena ke-tuhanan dianggap candu yang menghalangi implementasi ideologi ini. Sehingga, sosialisme akan melahirkan Marksisme dimana nanti akan berubah menjadi gerakan komunisme praktis dalam hal politis kenegaraan modern. Komunisme akhirnya menjadi gerakan dunia yang berusaha mengambil alih setiap kepemilikan, termasuk dalam hal kekuasan politik negara maupun penguasaan pasar dan ekonomi.

Jika kita melihat lebih teliti, baik Liberalisme dan Sosialisme keduanya memiliki kesamaan dalam dasar pemikirannya. Keduanya bergerak dari konsep pengelolaan modal dan kepemilikan serta hak manusia terhadap segala materi. Jadi, dapat dikatakan Sosialisme maupun Kapitalisme adalah ide yang lahir karena konsep dasar Materialisme.

Kedua pemikiran ini bisa disebut sebagai pola pemikiran yang menjadi korban kaum materialistik. Kapitalisme liberal terlahir karena kerakusan manusia atas mendapatkan materi sebanyak-banyaknya sebaliknya, sebagai kritik progresif atasnya lahir paham sosialisme yang mencampakan hak pribadi kepemilikan individu atas materi. Jadi dapat dikatakan, sikap terorientasi pada materi ini yang menghantarkan manusia menjadi dua kerusakan besar dalam pola pemikiran manusia modern.

Padahal, fakta sejarah dunia telah membuktikan bahwa keduanya salah. Kedua paham tersebut tidak pernah bisa membuktikan pada dunia untuk membawa kehidupan manusia ke dalam  kehidupan yang lebih baik sampai sekarang. Yang terlihat dari implementasi kedua ideologi ini sangat memilukan, seperti munculnya korporasi-korporasi raksasa yang membuat rakyat kecil semakin menjadi budak di negaranya sendiri. Atau munculnya gerakan-gerakan kudeta dan perang saudara karena perebutan kekuasaan oleh rakyat kepada pemerintahnya sendiri.

Lalu, apa solusi terbaik dari kedua Ideologi ini?

Solusi satu-satunya adalah Islam karena adalah Islam satu-satunya ajaran yang menuntun manusia agar tidak menjadi budak materi. Islam mengingatkan pada manusia bahwa dunia ini hanya materi yang sementara, maka pencapaian materi materi sebenarnya bukan di dunia ini melainkan di akhirat kelak. Allah Rabb manusia telah berfirman,
وَقَالَ الَّذِي آَمَنَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُونِ أَهْدِكُمْ سَبِيلَ الرَّشَادِ. يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآَخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ.
“Orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS. Ghafir: 38-39).

Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي اْلأَمْوَالِ وَاْلأَوْلاَدِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًا وَفِي اْلآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيْدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan- Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al- Hadid: 20)

Sehingga, menjadi orang Islam (Muslim) maka hidupnya tidak akan terlalu sibuk dalam ide-ide pencapaian materi dunia (dalam konsep materialisme). Tapi, mereka akan menyibukkan diri dalam persiapaannya menyambut kehidupan yang lebih kekal kelak di alam setelah kematian (akhirat).

Dengan ajaran Islam yang benar, seorang Muslim tidak akan terjerumus dalam kerakusan kapitalis karena Islam melarang seorang untuk rakus dalam harta dan tamak. Nabi Muhammad shallallohu ‘alahi wa sallam bersabda,
لَوْ كَانَ لاِبْنِ اَدَمَ وَادٍ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى اِلَيْهِ ثَانِيًا وَلَوْ كَانَ وَادِيَانِ لاَبْتَغَى لَهُمَاثَالِثًا وَلاَيَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ اَدَمَ اِلاَّالتُّرَابُ وَيَتُوْبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ. رواه الشيخان واحمد والترمذى عن انس
Andaikata seorang anak Adam telah memiliki harta benda sebanyak satu lembah, pasti ia akan berusaha lagi untuk memiliki dua lembah. Dan andaikata ia memiliki dua lembah, pasti ia akan berusaha lagi untuk memiliki tiga lembah. Memang tidak ada sesuatu yang dapat memenuhi keinginan anak Adam melainkan tanah (maksudnya kuburan), dan Allah akan memberi/ menerima taubat bagi mereka yang bertaubat.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad dan Turmudzi dari Anas bin Malik)

Ajaran Islam juga melarang Muslim untuk mengambil hak yang lain sesama dengan cara yang salah.   Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ
 “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang salah...” (QS. An Nisaa’: 29). Di samping itu Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَحِلُّ مَالُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلاَّ بِطِيْبِ نَفْسٍ مِنْهُ
Tidak halal mengambil harta seorang muslim kecuali dengan kerelaan dirinya.” (HR. Abu Dawud dan Daruquthni, dishahihkan al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 7662). Bahkan, Beliau shallallohu ‘alaihi wa sallam dalam kesempatan lain bersabda,
فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ، وَأَمْوَالَكُمْ، وَأَعْرَاضَكُمْ، بَيْنَكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا
Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu terpelihara  antara sesama kamu sebagaimana terpeliharanya hari ini, bulan ini dan negerimu ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Semoga Allah menjauhkan kita dan segenap keluarga kita dari paham-paham materialis ini. Dan menunjukki kita ke jalan yang penuh dengan cahaya petunjuk dimana akan menuntun kita pada pencapaian di alam sesudah kematian. Wallohu musta’an. Wallohu muwafiq.

Akhukum fillah...
Abu Fāhima Al Ahimzā

0 komentar:

Posting Komentar