إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika manusia itu mati, maka akan putus amalannya kecuali dari tiga perkara : sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, anak sholih yang mendo’akan orang tuanya.” (HR. Muslim no. 1631)
Ada 3 amalan yang tidak terputus ketika seorang meninggal dunia :
1. Ilmu yang bermanfaat (yang diajarkan pada orang lain)
2. Shadaqah Jariyah
3. Anak Shalih yang mendoakan Orang Tuanya
Lalu, mengapa harus anak shalih?
Padahal, 2 poin sebelumnya adalah amalan yang diusakan sendiri.
Allahu ta'alaa berfirman,
وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An Najm : 39).
Maka, ketahuilah Anak shalih adalah salah satu dari yang diusahakan manusia. Seperti Sabda Nabi Shallallahu 'alahis sallam,
إِنَّ مِنْ أَطْيَبِ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ وَوَلَدُهُ مِنْ كَسْبِهِ
“Sesungguhnya yang paling baik dari makanan seseorang adalah hasil jerih payahnya sendiri. Dan anak merupakan hasil jerih payah orang tua.” (HR. Abu Daud no. 3528 dan An Nasa-i no. 4451. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)
Ini berarti amalan dari anak yang shalih masih tetap bermanfaat bagi kedua orang tuanya walaupun sudah meninggal, karena anak adalah hasil jerih payah orang tua yang pantas mereka nikmati. Semoga Allah memudahkan kami menjadi anak shalih bagi kedua orang tua kami dan kami dikaruniai anak-anak yang shalih. رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Wallaahu ta'alaa a'lam.
Ahimzafatih
0 komentar:
Posting Komentar