Senin, 02 Juli 2012

Syarat Diterimanya sebuah Amalan (Bagian I)


Siapapun ingin semua amalnya diterima oleh Allah Ta'ala. Akan tetapi tidak semua orang mesti diterima amalnya, karena kenyataannya di antara mereka ada yang tidak memperhatikan amalannya, mereka beramal semaunya sendiri. Ketika ditanya: "Mengapa kamu melakukan ini?" dia menjawab: "Nggak apa-apa, yang penting niatnya." Ada juga di antara mereka yang beramal untuk mencari pujian manusia. Sebenarnya, bagaimanakah suatu amalan agar diterima di sisi Allah Ta'ala?

=====================

Tidak Akan Diterima Amalan Apapun Kecuali dengan Dua Syarat
Ketahuilah saudaraku muslim, semoga Allah memberikan hidayah kepadaku dan kepadamu agar berpegang teguh dengan Al-Kitab dan As-Sunnah, bahwasanya Allah tidak akan menerima amalan apapun dari seorang muslim manapun kecuali dengan dua syarat yang mendasar, yaitu:

=============



I. Syarat Pertama : Al-Ikhlaash
Yaitu amalan tersebut harus ikhlash/murni untuk Allah semata, sehingga orang yang beramal tidaklah menginginkan dengan amalannya tersebut kecuali Wajah Allah. Allah Ta'ala berfirman :



إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ. أَلاَ لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ


"Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur`an) dengan (membawa) kebenaran. Maka beribadalah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)." (Az-Zumar:2-3)

Allah juga berfirman:

قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ


"Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama." (Az-Zumar:11)

Demikian juga firman-Nya (yang artinya): "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus." (Al-Bayyinah:5)
Ayat-ayat tersebut dan ayat lainnya yang semakna merupakan dalil akan wajibnya ikhlash di dalam setiap amalan. Adapun di antara dalil dari As-Sunnah adalah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:


قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ: مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيْهِ مَعِيْ غَيْرِيْ تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ


"Allah Ta'ala berfirman: "Aku adalah sekutu yang paling baik sehingga tidak butuh untuk disekutukan: barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang padanya Aku disekutukan dengan yang lainnya, maka aku tinggalkan dia dan amalannya tersebut." (HR. Muslim no.2985 dari Abu Hurairah)
Inilah makna dari:

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ


II. Syarat Kedua: Al-Muwaafaqah
Yaitu amalan tersebut harus mencocoki /sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalilnya adalah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:

مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
"Barangsiapa mengada-adakan dalam perkara (agama) kami ini apa-apa yang bukan darinya maka amalan tersebut tertolak." (HR. Al-Bukhariy no.2550 dan Muslim no.1718 dari 'A`isyah)

Dan dalam riwayat lain milik Al-Imam Muslim:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
"Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintah kami padanya maka amalan tersebut tertolak (yaitu tidak diterima oleh Allah)." Dan inilah makna dari: أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

================================

Orang Kafir, Diterimakah Amalannya?

Syarat-syarat yang disebutkan tadi berkaitan dengan orang Islam, adapun orang kafir maka tidak akan diterima amalannya kecuali dengan tiga syarat: 
1. yaitu dua syarat yang disebutkan tadi (ikhlash dan sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
2. dan syarat yang ketiga yaitu Islam. 
Inilah yang disebut dengan syuruuthu shihhah (syarat-syaratnya sahnya amalan).

Allah Ta'ala berfirman:

وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (Al-Furqaan:23)

Tiga syarat ini telah disebutkan di dalam firman Allah Ta'ala:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا


"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan dengan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya." (Al-Kahfi:110)
- Firman-Nya: لِقَاءَ رَبِّهِ "perjumpaan dengan Rabbnya" ini adalah Islam, karena hanya orang Islam sajalah yang akan berjumpa dengan Rabbnya, yaitu di jannah.
- Firman-Nya: صَالِحًا "yang shalih" ini berarti sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah, karena suatu amalan tidak dinamakan shalih kecuali dengan syarat tersebut (yaitu sesuai dengan Al-Kitab dan As-Sunnah).
- Firman-Nya: وَلاَ يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا "dan janganlah ia mempersekutukan dengan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya" ini adalah ikhlash.
================================

Kesimpulan:



Amalan apapun dari seorang muslim tidak akan diterima kecuali dengan dua syarat: ikhlash dan sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Barangsiapa beramal dengan ikhlash tetapi tidak berdasarkan petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (yaitu Al-Qur`an dan Hadits yang shahih), dalam artian beramal berdasarkan hawa nafsu atau bid'ah maka amalannya tertolak dan pelakunya berdosa. 




Sehingga perkatakan: "yang penting niatnya" maka ini adalah salah besar. Sebaliknya orang yang beramal sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tetapi tidak ikhlash karena Allah seperti ingin mendapat pujian manusia dan yang lainnya maka amalannya juga tertolak dan pelakunya berdosa bahkan terjatuh pada perbuatan syirik ashghar. Kita meminta kepada Allah keselamatan.

Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar