Selasa, 09 Desember 2014

Jangan memberi Nama Anak dengan Unsur Tazkiyah

Terdapat larangan dalam Islam dalam memberi nama anak yang mengandung unsur Tazkiyah. Tazkiyah adalah pujian terhadap diri sendiri.

Muhammad bin Amr bin ‘Atha ia berkata,”Putriku aku beri nama Barrah (Wanita yang berbakti). Lalu Zainab binti Abu Salamah berkata kepadaku,’Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melarang menggunakan nama ini. Dahulu aku bernama Barrah, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Janganlah kalian memuji diri sendiri! Sesungguhnya Allah lebih mengetahui siapa yang baik di antara kalian.” (HR Muslim, no. 2142)


Larangan ini hukumnya makruh, sebagaimana dinyatakan oleh Imam Ibnul-Qayyim rahimahullâh [Tuhfatul-Maudûd, 73-74]

Adapun perbedaan nama sebagai 'tazkiyah' (pujian untuk diri sendiri) dengan 'tafâ’ul' (optimisme, harapan) seperti pemaparan Syaikh Mus'id bin Musaid al Husaini :


الذي يظهر والله أعلم أن التزكية فيما يتعلق بأسماء فيها نوع التعالي ونوع حكم علي ما في النفوس فإن البر أصله في القلوب. لا يكون برا إلا إذا سلم القلب لا يكفي عمل ظاهر. ثم أيضا له تعلق بحكم الله تبارك وتعالى ومصير العبد فمثل هذا لا يجوزوهو الذي فيه تزكية من هذا القبيل كما لو قيل مخلص وبرة
Kesimpulan yang mendekati kebenaran- wallahu a’lam- bahwa yang dimaksud nama yang mengandung tazkiyah adalah nama yang mengandung unsur :

Pertama, kesombongan dan pujian terhadap isi hati seseorang.
Dalam nama barroh yang berasal dari kata kata birr, birr pada asalnya berada di dalam hati. Tidaklah disebut birr kecuali jika hati dalam kondisi bersih, tidak cukup sekedar amalan lahiriah.

Kedua, penilaian Allah terhadap seseorang dan nasib dia di akhirat.
Nama yang mengandung unsur di atas adalah nama yang terlarang karena mengandung unsur tazkiyah semisal nama mukhlis [orang yang hatinya ikhlas] dan barroh.

أما إذا كان الاسم معناه طيبا حسنا كأن تقول: سالم وجميل صالح وسعد فهذا لا بأس به والله تعالي أعلم.
Adapun sekedar nama yang mengandung makna yang bagus dan baik semisal salim (orang yang selamat dari keburukan), jamil (orang yang cakep), shalih dan saad (orang yang bahagia) maka hukumnya adalah tidak mengapa.

Wallahu ta'alaa a'lam bish shawwab.

Ma'raji :
Tuhfatul-Maudûd, Dârut-Tibyan, Dimasyq, Tahun 1414 H, hlm. 73-74.
http://ustadzaris.com

Baca juga :
Nama yang Disunnahkan
Nama yang Diharamkan

0 komentar:

Posting Komentar