Senin, 07 Februari 2011

ARTI BENCANA DI NEGERI INI UNTUK KITA (I)


ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)."(Q.S. Ar-Rum: 41)

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS.Al-`Ankabuut:40)
Masih tergiang diingatan kita tentang bencana-bencana yang secara beruntun melanda Indonesia di akhir tahun 2010. Diawali dengan longsor dan banjir bandang di Wasior, Gempa disertai stunami di Kepulauan Mentawai dan Letusan Gunung merapi disertai banjir lahar dingin setelahnya. Tiada seorangpun yang bisa menangkal datangnya suatu bencana kecuali atas kehendak Allah.
Perlu diingat, segala sesuatu selalu terdapat hubungan sebab dan akibat. Berbagai bencana di negeri pasti ada suatu penyebab. Tiadalah mungkin Allah menimpakan berbagai bencana dan kesulitan bagi negeri kita tanpa alasan yang jelas. Banyak ahli menyatakan bencana di Mentawai adalah karena adanya pergeseran lempeng bumi sehingga mengakibatkan gempa di tengah laut dan menyebabkan tsunami, lain lagi di Wasior, penebangan dan penggundulan hutan ditengarai sebagai penyebab longsor dan banjir badang di sana. Terakhir para ahli menyatakan letusan Merapi hanya Siklus tahunan merapi.
Pendapat para ahli adalah jawaban yang sangat masuk akal dan bisa diterima, tapi apakah kita kemudian kembali untuk intropeksi setelah jawaban-jawaban tersebut. Pertanyaan mudahnya, apakah segala sesuatu itu sudah cukup ketika hubungan sebab-akibat hanya didasarkan atar konteks-konteks materiil saja?

Fakta Geologis telah menunjukkan kepulauan di Indonesia selalu bergerak, bahkan pulau-pulau di Indonesia terbentuk atas pertemuan tiga lempeng besar dunia yang terus aktif. Kalkulasi terbaru yang saya dapatkan dari Guru Besar saya, pergerakan lempeng-lempeng di Indonesia (terutama di pulau2timur Indonesia) rata-rata sebesar 12 cm per tahun ke arah utara. Pemikiran yang paling konservatif akan menghasilkan suatu gambaran kepulauan Indonesia bisa bersatu dengan Philipina, Taiwan bahkan hingga China daratan dalam beberapa ratus tahun mendatang karena terdorong pergerakan lempeng-lempeng tersebut.
Pergerakan itu akan ditandai dengan gempa dan gunung berapi yang aktif. Terbukti bahwa selama ini Indonesia selalu dilanda gempa, gempa-gempa tersebut terjadi hampir 2-5 detik sekali, namun karena intensitasnya yang terlalu kecil gempa-gempa ini tidak terasa (kurang dari 2 skala richter). Gempa-gempa kecil inilah yang akan memacu gempa bumi yang lebih besar yaitu ketika muka bumi sudah tidak kuat lagi menahan dan terjadi patahan. Gempa akan berefek menjadi gelombang tsunami ketika terjadi ditengah lautan atau kerusakan parah ketika terjadi di daratan.
Segala upaya dan usaha pemerintah dan masyarakat tidak akan mampu menahan datangnya bencana-bencana tersebut kecuali kita hanya berusaha memperkecil kemungkinan korban jatuh dalam skala yang lebih besar. Itupun semua atas kehendak Allah, ketika Dia masih berkehendak untuk menyelamatkan sebagian dan memusnahkan sebagian yang lain.

Pemikiran yang hanya mengembalikan asal penyebab bencana hanya pada sifat-sifat materiil saja akan berujung pada keputusasaan dan ketakutan semata. Hal tersebut jelas sekali ketika kita mengetahui fakta bahwa kita hidup di Indonesia dengan aktifitas tektonik dan geologis seperti di atas.
Konsepsi yang kurang proposial dalam mengembalikan penyebab bencana hanya pada konteks-konteks materiil saja bukanlah solusi untuk negeri ini. Kita harus mengingat penyebab segala macam bencana di negeri ini adalah dari sudut pandang yang paling sempurna dan jawaban terbaik dari semua sudut pandang di dunia ini, yaitu sudut pandang Islam.
Agama Islam menyatakan, setiap cobaan dan azab yang ditimpakan pada suatu kaum tiada lain karena perbuatan kerusakan (fa’isyah) kaum tersebut. Allahu ta’alaa berfirman :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)."(Q.S. Ar-Rum: 41)
Sebab akibat dari suatu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Bersabda :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ أَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَفَقَالَ يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِأَنْ تُدْرِكُوهُنَّ لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَاإِلَّا فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْالَّذِينَ مَضَوْا وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّامِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ
Dari Abdullah bin Umar dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menghadapkan wajah ke kami dan bersabda: "Wahai golongan Muhajirin, lima perkara apabila kalian mendapat cobaan dengannya, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mengalaminya; (1)Tidaklah kekejian menyebar di suatu kaum, kemudian mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah mereka penyakit Tha'un (Menular) dan kelaparan yang belum pernah terjadi terhadap para pendahulu mereka. (2) Tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran kecuali mereka akan disiksa dengan kemarau berkepanjangan dan penguasa yang zhalim. (3) Tidaklah mereka enggan membayar zakat harta-harta mereka kecuali langit akan berhenti meneteskan air untuk mereka, kalau bukan karena hewan-hewan ternak niscaya mereka tidak akan beri hujan. (4)Tidaklah mereka melanggar janji Allah dan Rasul-Nya kecuali Allah akan kuasakan atas mereka musuh dari luar mereka dan menguasainya. Dan (5) Tidaklah pemimpin-pemimpin mereka enggan menjalankan hukum-hukum Allah dan tidak menganggap lebih baik apa yang diturunkan Allah, kecuali Allah akan menjadikan rasa takut di antara mereka." (HR. Ibnu Majah)
Islam telah jelas sekali menerangkan lewat firman Allah dalam Al-Quran dan Sabda dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Tentang  konsep sebab-akibat dari suatu bencana pada suatu kaum. Terdapat hubungan linier perbuatan suatu kaum dengan apa yang telah Allah timpakan pada kaum tersebut yang akan mengajak kita berintropeksi dan mawas diri serta segera berbenah untuk tidak menjadi Kaum yang telah digambarkan pada lima kriteria hadist tersebut.
Kriteria inilah yang akan menandai sejauh mana kaum tersebut rusak atau tidak?
lalu, dimanakah letak bangsa kita sekarang dari kelima kriteria diatas?saya sangat yakin anda yang membaca tulisan ini sudah tahu akan jawabannya.

0 komentar:

Posting Komentar