Minggu, 12 Desember 2010

Mahasiswa dan Orang Tuanya


Kuliah, berorganisasi, berwirausaha dan apapun kegiatan seorang yang menyandang gelar mahasiswa adalah sebuah pilihan. beberapa dari mahasiswa terlihat menjalani kesemua aktifitas itu. mereka adalah orang-orang terbaik negeri ini yang diberikan multi-talenta, dimana mereka bisa menjalani kesemuanya dengan proposional dan konsisten. karena seorang mahasiswa yang hanya sibuk dengan kelas kuliah saja akan menghasilkan kualitas mahasiswa yang sangat berbeda daripada mahasiswa yang menyandang gelar aktifis.

Saya katakan berbeda disini karena mahasiswa yang aktif adalah mahasiswa pilihan. Mahasiswa yang tanpa paksaan mengikuti suatu hierakri perjuangan, entah apapun bidang yang di perjuangan itu. Mahasiswa aktifis adalah mahasiswa yang gerah untuk perubahan. Mahasiswa yang perduli. Mahasiswa yang berjuang. Aktifis adalah pilihan. banyak mahasiswa yang bahkan sampai menyandang gelar sarjana tidak pernah mengecap keindahan perjuangan itu. Mereka hanya berkutat pada kelas-kelas perkuliahan, perpustakaan, tugas2dosen, diktat2tebal, resume, dan aktifitas akademis lainnya.


Kenyataan telah mengambarkan pada kita tentang pejuang-pejuang muda ini. Kenyataan yang sedikit membuat saya miris yaitu, banyak perjuang-pejuang muda ini tidak prososional menempatakan arti dari perjuangan dan tujuannya sebenarnya dari seorang mahasiswa. Labelisasi apapun yang ada pada mahasiswa entah aktifis, interpreneur muda, civitas akademika, dll akan tetapi tetap saja label utama pemuda itu adalah seorang mahasiswa, dan setiap darinya pasti memiliki hak dan kewajiban.

Teori sosiologi dasar menyatakan, setiap manusia memiliki peran dan status.Status adalah apa yang disandang seseorang/ apa yang menjadi label atas dirinya dimata orang lain/ masyarakat. Peran adalah sesuatu yang menjadi kewajiban individu sebagai implikasi praktis dari peran yang disandangnya (dalam kata lain adalah beban moral seseorang terhadap orang lain yg berimplikasi langsung dari apa yg dilabelkan seseorang padanya). Sekarang, ketika kita membicarakan Status dan peran seorang mahasiswa, insyalloh teman-teman sesama mahasiswa akan langsung bisa menjawab pertanyaan,"apakah peran dan statusmu sebagai seorang mahasiswa?". Memang, jawaban akan berbeda-beda tapi niscaya, masih dalam konteks jawaban yang tidak terlalu jauh. Ada sedikit perenungnan ketika saya menambahkan, sedikit kalimat dalam pertanyaan saya, "Apakah peran dan statusmu sbg mahasiswa di mata orang tuamu?".atau, "apakah peran dan statusmu sbg mahasiswa dimata masyarakat dan bangsa ini?" dan terakhir, "apakah anda sudah mewujudkan arti peran anda atas status yang anda sandang sekarang?" sekarang silahkan anda sekalian yang bisa menjawabnya.


Pertanyaan-pertanyaan diatas bisa menjadi perenungan lebih dalam lagi ketika ditambah, "apakah peran dan statusmu sbg mahasiswa di mata orang tuamu yang telah dengan peluh keringat bekerja membating tulang siang dan malam untuk biaya kuliah anaknya, yang hanya mempunyai cita-cita anaknya dapat menjadi seorang sarjana, yang berharap anaknya dapat menjadi orang sukses kelak, tidak lebih, tidak mengharapkan balasan kelak anda harus mengembalikan uang kuliahmu.? Padahal, dalam doa mereka selalu diselipkan tentang kesuksesan kita kelak.".

Benar, orang tua kita adalah kunci dari kita kuliah, karena merekalah yang membiayai perkuliahan kita (kecuali anda membiayai kuliah dan biaya hidup sendiri). Ingat, merekalah yang menanggung hidup kita, memberi uang saku ketika kita berangkat ke kampus dengan alasan menuntut ilmu. Kunci itu bukan dari egosime kita yang punya idealisme sendiri-sendiri  tentang tujuan orang kuliah (itu adalah hak masing-masing individu) tapi intinya!!orangtua kitalah yang sehari-hari membanting tulang untuk anak-anaknya dan berharap anak-anaknya menjadi seorang sarjana tanpa mengharapkan lebih tanpa mengharapkan kelak kamu harus mengembalikan uang kuliahmu itu!!!

Kenyataan yang sering terjadi dan banyak dari kita melupakannya. Kita terlalu terjebak atas tujuan egosime sentris kita tentang arti tujuan kuliah dengan terlalu mudah menetapkan arti dan tujuan kuliah untuk selesai dalam standarisasi kita sendiri dan tanpa hati melupakan niat tulus orang tua kita membiayai kuliah kita. Banyak mahasiswa yang tumbang ditengah jalan dengan berbagai alasan. entah dapat dibenarkan atau tidak tapi hal ini adalah penghianatan terbesar seorang anak atas amanah orang tua yang berharap anaknya menjadi seorang sarjana.
---------------------------------------------

Coba bayangkan betapa sakitnya penghianatan itu. Padahal, Orang tua kita memberikan segalanya untuk kita. Semenjak kita kecil, semenjak kita lemah, orang tualah yang selalu menyokong kita hingga kita sehebat sekarang.

Sering ketika orang tua kita lapar dan ingin makan tapi pasti akan memberikan makanan yang ada ketika kita meminta makanan itu walaupun kita tidak lapar. Orang tua akan selalu mengalah untuk anak-anaknya. dia lebih baik menggunakan motor tuanya yang sering macet hanya ingin menabung untuk anaknya agar bisa berangkat kuliah dengan motor keluaran terbaru. Pakaian orang tua sering terlihat biasa dan sederhana hanya untuk bisa melihat anaknya berangkat kuliah dengan pakaian terbaik yang modis. Orang tua sering memedam kebingungannya dalam mengelola keuangan keluarga dan berhemat agar dapat menabung dan membayar semesteran anaknya yang tidak lulus-lulus.



Akankah kita sekalian masih punya hati terhadap orang tua kita?ketika kita menjawab ya, maka apakah bukti atas jawaban itu ketika kita dengan berbagai alasan memperlama waktu kuliah. Ingat berbakti kepada Orang tua adalah perintah Agama paling dasar setelah perintah Tauhid dan rukun Islam yang lain. Allah pun berfirman :

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدِكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا # وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

 Artinya : "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (QS. Al-Isra' : 23-24)

Allah Subhanahu Wata’ala menyediakan pahala yang besar bagi siapa saja yang taat pada orang tuanya. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الْوَالِدِ وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ.


"Ridha Allah berada pada ridha orang tua dan murka Allah berada pada murka orang tua."  (HR. at-Tirmidzi, no. 1899; dan dishahihkan oleh al-Albani).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلْ الْجَنَّةَ


"Artinya : Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda, "Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk syurga" [Hadits Riwayat Muslim 2551, Ahmad 2:254, 346]

0 komentar:

Posting Komentar