Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, di bulan Rabi’ul Awwal ini, banyak kaum muslimin yang merayakan maulid Nabi. Telah banyak pula tulisan yang menjelaskan bahwa perayaan maulid tidak ada tuntunannya di dalam Islam. Dengan memohon pertolongan Allah, sedikit bahasan ini akan memaparkan alasan mengapa maulid dikategorikan sebagai bid’ah sehingga tidak seyogyanya seorang muslim merayakannya. Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua.
Jumat, 25 Januari 2013
Senin, 21 Januari 2013
Kisah Pemuda, Ahli Sihir dan Sang Raja
Dahulu ada ada seorang Raja mempunyai seorang Ahli Sihir. Setelah Ahli Sihir itu tua, ia meminta kepada Raja agar mengirimkan orang pemuda untuk dikader dan dididik menjadi ahli sihir seperti dirinya. Maka, dikirimlah kepadanya seorang pemuda (menurut riwayat Ibnu Ishak di Sirah Ibnu Hisyam, nama pemuda ini Abdullah bin Tsamir).
Di tengah perjalanan untuk belajar ilmu sihir, Pemuda itu berjumpa dengan seorang Rahib. Lalu duduk sejenak dan mendengarkan kata-kata sang Rahib hingga ia tertarik. Maka, sejak itu setiap hari ia akan ke tempat Ahli Sihir, ia singgah terlebih dahulu ke tempat sang Rahib untuk mendengarkan ilmu yang diberikannya. Akibatnya, si Pemuda selalu terlambat tiba di tempat Ahli Sihir. Gurunya, si Ahli Sihir, menghukum pukul si Pemuda atas keterlambatannya.
Si Pemuda menceritakan kepada sang Rahib bahwa ia selalu dihukum guru sihirnya karena selalu terlambat. Sang Rahib menyarankan, “Bilang kepadanya, engkau menyelesaikan pekerjaan rumah dahulu. Kalau kamu takut dimarahi keluargamu karena pulang terlambat, katakan kepada mereka ada pekerjaan dari guru sihirmu.”
Suatu ketika dalam perjalanan si Pemuda bertemu dengan binatang yang sangat besar dan membuat orang-orang takut. Ia berkata pada dirinya sendiri, “Sekarang saatnya aku mencoba, siapakah yang lebih baik: Rahib atau Ahli Sihir.”
Sabtu, 19 Januari 2013
Kisah George dan Idul Adha (Sanggahan bagi yang Turut Serta dalam Perayaan Non Muslim)
Kisah George dan Idul Adha
[Kisah ini ditulis oleh Syaikh Abdul Malik Al Qasim dengan judul (جورج والعيد)]
[Kisah ini ditulis oleh Syaikh Abdul Malik Al Qasim dengan judul (جورج والعيد)]
Mohon dibaca dan direnungi berdasarkan realita kita dengan seksama…
George (50 th) tinggal bersama istri, dan dua orang anaknya (Tony & Julia) di Washington. Menjelang datangnya bulan Dzul Hijjah, George dan istri serta anak-anaknya mengikuti berita-berita seputar penentuan tanggal 1 Dzul Hijjah.
George aktif menyimak berita di radio. Istrinya menyimak lewat televisi. Sedangkan Tony rajin searching di internet.
Ketika pengumuman tanggal 1 Dzul Hijjah diumumkan, George sekeluarga bersiap-siap untuk menyambut Iedul Adha yang bertepatan dengan tanggal 10 Dzul Hijjah, setelah acara wukuf di Arafah tanggal 9-nya.
Keesokannya, mereka sekeluarga pergi ke desa untuk membeli domba sesuai kriteria syari untuk dijadikan hewan kurban (udhiyyah), yaitu: tidak boleh buta sebelah, pincang, atau terlalu kurus. Mereka berniat menyembelihnya begitu hari raya tiba.
Domba pun mereka bawa dengan pick-up sambil terus mengembik di perjalanan…
George aktif menyimak berita di radio. Istrinya menyimak lewat televisi. Sedangkan Tony rajin searching di internet.
Ketika pengumuman tanggal 1 Dzul Hijjah diumumkan, George sekeluarga bersiap-siap untuk menyambut Iedul Adha yang bertepatan dengan tanggal 10 Dzul Hijjah, setelah acara wukuf di Arafah tanggal 9-nya.
Keesokannya, mereka sekeluarga pergi ke desa untuk membeli domba sesuai kriteria syari untuk dijadikan hewan kurban (udhiyyah), yaitu: tidak boleh buta sebelah, pincang, atau terlalu kurus. Mereka berniat menyembelihnya begitu hari raya tiba.
Domba pun mereka bawa dengan pick-up sambil terus mengembik di perjalanan…
Jumat, 18 Januari 2013
Mengenali dan Meneladani Shahabat Nabi Shalallahu 'alahi wassalam
Di tengah maraknya pemikiran dan pemahaman dalam agama Islam, klaim kebenaran begitu larisnya bak kacang goreng. Setiap kelompok dan jama’ah tentunya menyatakan diri sebagai yang lebih benar pemahamannya terhadap Islam, menurut keyakinannya.
Kebenaran hanya milik Allah. Namun kebenaran bukanlah suatu hal yang semu dan relatif. Karena Allah Ta’ala telah menjelaskan kebenaran kepada manusia melalui Al Qur’an dan bimbingan Nabi-Nya Shallallahu’alaihi Wa sallam. Tentu kita wajib menyakini bahwa kalam ilahi yang termaktub dalam Al Qur’an adalah memiliki nilai kebenaran mutlak. Lalu siapakah orang yang paling memahami Al Qur’an? Tanpa ragu, jawabnya adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam. Dengan kata lain, Al Qur’an sesuai pemahaman Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam dan sabda-sabda Beliau Shallallahu’alaihi Wa sallam itu sendiri, keduanya adalah sumber kebenaran.
Yang menjadi masalah sekarang, mengapa ketika semua kelompok dan jama’ah mengaku telah berpedoman pada Al Qur’an dan Hadits, mereka masih berbeda keyakinan, berpecah-belah dan masing-masing mengklaim kebenaran pada dirinya? Setidaknya ini menunjukkan Al Qur’an dan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ternyata dapat ditafsirkan secara beragam, dipahami berbeda-beda oleh masing-masing individu.
Jika demikian maka pertanyaannya adalah, siapakah sebetulnya di dunia ini yang paling memahami Al Qur’an serta sabda-sabda Rasulullah Shallallahu‘alaihi Wa sallam? Jawabnya, merekalah para sahabat Nabi radhi’allahu ‘anhum ajma’in.
Kamis, 10 Januari 2013
Macam-macam Puasa Sunnah
Puasa adalah amalan yang sangat utama. Selain Keutamaan tersebut tergambar indah dalam sebuah Hadist Qudsi, “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Muslim no. 1151).
Rabu, 09 Januari 2013
Berbuat Syirik Tanpa Sadar
Dalam Aqidah Islam sangat dikenal larangan paling agung yang harus dihindari bagi seseorang untuk menjaga kelurusan aqidahnya. Larangan tersebut adalah Kesyirikan -menyekutukan Allah-.
Allah secara tegas memaparkan banyak sekali larangan dalam menyekutukan-Nya dalam sesuatu apapun dengan-Nya salah satu firman-Nya yang artinya, “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS.Al Baqarah:22).
Cinta Karena Allah
Cinta dan benci karena Allah. Dengan kecintaan semacam itulah seorang hamba akan bisa meraih manisnya iman. Setiap mukmin tentu mencintai Allah. Karena Allah lah yang paling berjasa kepada umat manusia dan alam semesta seluruhnya. Konsekuensi dari kecintaannya kepada Allah adalah dia akan mencintai apa yang Allah cintai dan membenci apa yang Allah benci. Maka, dia akan mencintai keimanan, ketaatan, dan sunnah. Sebagaimana dia akan membenci kekafiran, kemaksiatan, dan bid’ah.
Oleh sebab itu orang yang beriman (bertauhid) akan mencintai orang beriman yang lain. Dan sosok yang paling layak dia cintai adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesudah itu, adalah para Sahabat radhiyallahu’anhum; sebab merekalah yang mengantarkan kepada kita risalah Islam ini dalam keadaan terang-benderang sebagaimana diajarkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh sebab itu orang yang beriman (bertauhid) akan mencintai orang beriman yang lain. Dan sosok yang paling layak dia cintai adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesudah itu, adalah para Sahabat radhiyallahu’anhum; sebab merekalah yang mengantarkan kepada kita risalah Islam ini dalam keadaan terang-benderang sebagaimana diajarkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.